Beredarnya kembali informasi hoaks tentang “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali” ke permukaan, membuat jajaran Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali meradang dan geram. Berharap agar hal itu tidak menjadi bias di masyarakat, maka jajaran ITB STIKOM Bali perlu meluruskan dengan memberikan klarifikasi termasuk pernyataan sikap atas “kabar burung” yang dikhawatirkan dapat memperkeruh kondusifitas Bali selama ini.
Kepada awak media, Selasa (3/12/2019) di Kubu Kopi Jln. Hayan Wuruk, Denpasar, jajaran ITB STIKOM Bali berkumpul didampingi para mahasiswa. Salah seorang pendiri yang juga Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar – ITB STIKOM Bali, Prof. Dr. I Made Bandem, M.A., memberikan klarifikasinya.
Pertama. Berita palsu bermuatan SARA yang ditujukan kepada ITB STIKOM Bali adalah isu lama yang didaur ulang sehingga tidak ada validitas dan relevansinya dengan kondisi ITB STIKOM Bali dewasa ini.
Kedua. Kegaduhan dari berita palsu bermuatan adu-domba ini mesti disadari bukan semata-mata ingin menghancurkan nama baik dan prestasi ITB STIKOM Bali, namun ditujukan sebagai upaya memecah-belah kebersamaan, kerukunan dan kedamaian di Bali, dan ini sangatlah berbahaya karena bisa menimbulkan konflik di tataran akar rumput.
Prof. Bandem melanjutkan, ketiga, keluarga besar ITB STIKOM Bali mengecam penyebaran hoax bermuatan SARA ini, dan akan menjalankan tanggung jawab moral menjaga NKRI dengan menempuh jalan hukum.
Kelima, ITB STIKOM Bali tetap berkomitmen menjadi kampus TIK yang berlandaskan pada keteguhan melestarikan, mengembangkan, dan memajukan kebudayaan Bali.
Prof. Bandem menerangkan, tujuan pendirian STMIK STIKOM Bali pada tahun 2002 adalah bentuk kecintaan dan komitmen para pendirinya yaitu Ida Bagus Dharmadiaksa, Satria Dharma, Dadang Hermawan, dan Prof. I Made Bandem, atas situasi dunia pendidikan tinggi di Bali saat itu yang belum memiliki sebuah lembaga pendidikan tinggi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Berbekal keyakinan bahwa TIK akan menjadi salah satu bidang ilmu yang merubah dunia, para pendiri pun kemudian berkolaborasi, berjuang, dan bekerja keras untuk mewujudkan STMIK STIKOM Bali. Visi itu pun menjadi visi bersama dan masyarakat Bali sangat mendukung, dan sampai saat ini STMIK STIKOM Bali dengan status barunya yaitu ITB STIKOM Bali telah meluluskan ribuan sarjana komputer dan ahli madya komputer.
“Tidak ada maksud lain, selain memajukan pendidikan TIK di Bali yang mampu meluluskan SDM yang berkompetensi dalam bidangnya. Prestasi ini bukan semata milik kami, bukan untuk memperkaya diri, namun menjadi prestasi masyarakat Bali dalam berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui TIK. Dan ketika passion dan kecintaan bersama ini dinodai oleh hoax ‘informasi palsu’, dan ujaran kebencian, yang bertujuan merusak kepercayaan, kerukunan, dan toleransi diantara kita, maka kami perlu meluruskan dan mengklarifikasi itu agar tidak bias,” jelas Prof. Bandem didampingi para pendiri antara lain Ida Bagus Dharmadiaksa, Satria Dharma, Dadang Hermawan sekaligus Rektor ITB STIKOM Bali.
Prof. Bandem mengajak semua lapisan masyarakat untuk berpikir jernih dan menghindari tindakan anarkis yang dapat merugikan masyarakat.
“Kepada semua anggota Keluarga Besar ITB STIKOM Bali, termasuk para alumni yang kini mengabdi di berbagai tempat di Indonesia, mari kita gunakan masalah ini sebagai kesempatan berharga untuk menunjukkan kualitas kita sebagai insan akademis yang menghargai toleransi serta setia kepada Pancasila dan NKRI,” tegas mantan Rektor ISI Jogjakarta ini. (red)