Totalitas Tanpa Batas, MDA dan Krama Bali Salurkan “Punia” untuk 5 Desa Adat di Lereng Gunung Agung

5 desa adat di Kecamatan Kubu, Karangasem, Kamis (28/05/2020) kemarin, menerima 120 paket sembako dan 10 alat cuci tangan portable. Bantuan ini merupakan aksi punia dari Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali dan krama Bali. Ke-5 desa adat tersebut adalah Desa Adat Pucang, Desa Adat Perasan, Desa Adat Pengalusan, Desa Adat Daya dan Desa Adat Cegi.

Acara penyerahan punia dipusatkan di Desa Adat Pucang dan dihadiri Patajuh Panyarikan Agung, I Made Abdi Negara dan Baga Urusan Yowana, Ida Dwagung Lesmana, didampingi Baga Dukdatin MDA Provinsi Bali yang juga Humas Program, I Putu Hendra Sastrawan serta staf sekretariat MDA Bali.

Aksi punia yang merupakan program “MDA & Krama Bali Berbagi” tersebut bersumber dari krama adat Bali dan BUMN yang beroperasi di Bali sebagai bagian dari upaya meringankan beban desa adat terutama yang terletak di pelosok yang minim sumber daya. Aksi punia ini juga merupakan bagian dari upaya mendorong desa adat bersiap memasuki tatanan kehidupan baru “New Normal” yang dicanangkan pemerintah.

Bandesa Adat Pucang, Jro I Wayan Sukerta mengatakan, program yang dilakukan MDA Provinsi Bali sangat bermanfaat bagi krama Desa Adat Pucang dan desa adat lain yang berada di lereng Gunung Agung.

“Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada MDA Bali sampun preside (sudah bersedia, red) berkunjung ke desa kami yang jauh dari keramaian dan kondisi yang apa adanya”, ungkap Jro I Wayan Sukerta didampingi Bandesa Adat Perasan, Bandesa Adat Pengalusan, Bandesa Adat Cegi dan Bandesa Adat Daya.

Menurut Jro I Wayan Sukerta, kondisi saat ini cukup berat bagi krama desa adat, karena selain banyak krama yang dirumahkan terutama yang bekerja di sektor pariwisata serta perusahaan-perusahaan yang terdampak covid-19, hasil kerajinan berupa anyaman yang menjadi penopang hidup sebagian besar krama adat juga tidak bisa dijual seperti saat sebelum covid-19 mewabah.

“Punia yang kami terima niki sangat berharga”, imbuhnya.

Baga Urusan Yowana, Ida Dewa Agung Lesmana menekankan pentingnya desa adat untuk memikirkan bagaimana langkah kedepan, jika dampak wabah covid-19 ini berkepanjangan terhadap ekonomi. Saatnya krama Bali melakukan terobosan usahabyang kreatif dan inovatif, salah satunya membangkitkan kembali sektor yang fundamental yakni pertanian.

“Perlu gerakan menuju ketahanan pangan mandiri di setiap desa adat agar minimal kebutuhan pokok bisa dipenuhi”, ucap Agung Lesmana.

Baga Dukdatin MDA Bali Putu Hendra Sastrawan sekaligus humas program “MDA dan Krama Bali Berbagi”, menerangkan program selanjutnya akan terus digulirkan dalam beberapa fase, yakni pengendalian, penanggulangan dampak dan edukasi agar desa adat nantinya bersiap memasuki era baru yang disebut “New Normal” sesuai yang dicanangkan pemerintah.

“Setelah di Kabupaten Karangasem program ini akan dilanjutkan ke Kabupaten Buleleng. Semoga dengan program ini kehadiran MDA Bali ditengah-tengah krama desa adat semakin dirasakan dan wabah covid-19 segera berlalu dan kehidupan kembali seperti sediakala”, harap Hendra Sastrawan.

Selain di Desa Adat Pucang, penyerahan dilakukan juga di Desa Adat Daya dan di Wantilan Pura Desa Desa Adat Perasan. Tim MDA & Krama Bali Berbagi juga berkesempatan mengunjungi seorang krama adat kurang mampu di Desa Adat Perasan yakni I Wayan Pondal yang tinggal berhimpitan dengan 12 anggota keluarganya di dalam sebuah gubuk reyot seluas 2 x 3 meter. Perjalanan menuju gubuk I Wayan Pondal pun penuh perjuangan karena harus dilalui dengan berjalan kaki sepanjang lebih dari 3 Km di daerah berbukitan. (red)