Penabali.com – 70% sampah yang terbuang di TPA merupakan sampah organik. Sampah organik di TPA menimbulkan bau tidak sedap terhadap lingkungan, mengurangi tingkat daur ulang plastik, serta memberi risiko terjadinya ledakan di TPA. Pembusukan sampah organik juga menghasilkan gas metana.
Berangkat dari alasan itulah, Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali tergerak untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya yang ditimbulkan oleh penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir sampah. Adalah cairan Eco-Enzyme yang terbuat dari sisa-sisa kulit buah dan sayuran yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga. Kemudian, sisa kulit buah dan sayuran tersebut difermentasi selama tiga bulan.
“Setelah tiga bulan hasilnya jadi cairan multifungsi, bisa jernihkan udara lalu menetralisir air sungai yang terkontaminasi bahkan bisa mengurai kandungan kimia di dalam tanah dan bisa juga jadi pupuk. Selain itu juga bagus buat perawatan tubuh misalnya untuk luka,” jelas Koordinator Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali Joko Riyanto, saat ditemui disela penyemprotan cairan Eco-Enzyme di TPA Regional Sarbagita, Suwung, Denpasar, Minggu (21/02/2021) sore kemarin.
Joko menuturkan, cairan Eco-Enzyme yang disemprotkan jumlahnya sekitar 12 ribu liter menggunakan truk damkar. Tujuan dari penyemprotan di TPA Regional Sarbagita ini untuk menetralisir bau busuk yang ditimbulkan dari tumpukan sampah.
“Sampah organik yang membusuk memang menimbulkan gas methan. Kalau sampah organik dibuat untuk dijadikan Eco-Enzyme maka otomatis pembusukan sampah di TPA akan berkurang, jadi secara otomatis gas methana pun akan berkurang, ini bisa meringankan beban lingkungan dan juga mengurangi pemanasan global,” terang Joko seraya menambahkan penyemprotan cairan Eco-Enzyme serentak dilakukan di semua TPA/TPS di Bali merupakan kerja sama antara Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali dengan Program Studi Magister Sains Pertanian-Pasca Sarjana Universitas Warmadewa dan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Provinsi Bali serta kabupaten/kota se-Bali.
Sementara itu, Dinas KLH Provinsi Bali sangat mengapresiasi gerakan sosial Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali untuk menghilangkan bau busuk di TPA Regional Sarbagita dengan menyemprotkan cairan Eco-Enzyme. Gerakan ini sejalan dengan visi misi Gubernur Bali Wayan Koster yaitu “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” untuk menjaga keharmonisan alam Bali beserta krama Bali khususnya menciptakan alam lingkungan Bali yang bersih, indah, dan hijau.
“Dengan Eco-Enzyme diharapkan bisa mengurangi bau busuk dari sampah di TPA Regional Sarbagita yang sering dikeluhkan warga,” ucap Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Ni Made Armadi, SP., M.Si., yang ikut dalam aksi penyemprotan ini.
Armadi menerangkan luas TPA Regional Sarbagita awalnya 32,46 hektar. Namun 22,46 hektar lahan disulap menjadi eco park, dan sisanya 10 hektar lagi dibagi dimana 5 hektar akan dimanfaatkan untuk WTE (Waste To Energy) dan 5 hektar lagi untuk landfield yang ada saat ini.
“Sebenarnya landfield yang sekarang itu bisa menampung residu saja, tapi karena masyarakat tidak memilah sampah sejak dari rumah tangga, ditambah pabrik (WTE, red) belum jalan karena sedang proses lelang maka sementara (sampah, red) ditumpuk dulu seperti sekarang,” tuturnya.
Eco enzyme diteliti pertama kali oleh Dr. Rosukon Poompamvong, seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang melakukan penelitiannya sejak tahun 1980-an. Eco-Enzyme diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.
Eco-Enzyme memiliki beribu manfaat. Antara lain manfaat meningkatkan kualitas udara, air, dan tanah. Manfaat medis mampu melawan parasit dan kuman yang menyebabkan infeksi dalam jantung, keputihan, radang otak, radang paru-paru, peradangan sendi, infeksi kulit, meredakan infeksi dan alergi pada anak, manfaat sebagai detoks/imun tubuh, menyembuhkan luka bakar, luka tergores, luka akibat penyakit, bisikan di mata dan lainnya. Bahkan Eco-Enzyme juga dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
“Penyemprotan di TPA kita lakukan setiap hari selama sebulan, kita semprot tiap sore,” tutup Joko. (red)