Advokat senior Togar Situmorang, SH., MH., MAP., menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941 kepada seluruh umat Hindu. Togar juga mengajak seluruh umat Hindu untuk melaksanakan seluruh rangkaian Hari Raya Nyepi sebagai sebuah yadnya suci meningkatkan sradha bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus meningkatkan spirit manyama braya yang telah melekat erat didalam perilaku masyarakat Bali.
“Kita tahu di tahun politik ini situasinya menghangat bahkan bisa memanas. Tapi hati dan pikiran kita harus tetap dingin dan perayaan Nyepi ini jadi momentum untuk meredam gejolak dinamika situasi politik yang ada dengan jalan introspeksi diri, tingkatkan toleransi dan manyama braya,” ujar Togar Situmorang, di Denpasar, Senin (4/3).
Togar juga mengajak seluruh umat Hindu untuk memanfaatkan momentum Hari Raya Nyepi tahun ini sebagai upaya untuk senantiasa mengembangkan sikap toleransi sesuai konsep Tri Hita Karana, menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan, hubungan harmonis dengan alam lingkungan dan hubungan harmonis dengan sesama. Perayaan Nyepi tahun ini yang bertepatan dengan “musim politik”, menurut pria yang telah lama menetap di Bali dan sangat mencintai Bali inip mengingatkan masyarakat agar selalu menanamkan pesan perdamaian, kedamaian, saling menghargai dan menghormati perbedaan politik sehingga masyarakat Bali yang dikenal cinta damai, akan menebarkankan vibrasi keharmonisan dan keselarasan dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian.
“Bali itu miniatur Indonesia dan dunia dan dikenal sebagai island of peace, island of tolerance. Ini yang membuat Bali nyaman layaknya surga bagi setiap orang. Ini yang harus kita jaga dan pertahankan bersama-sama,” kata advokat yang dijuluki “Panglima Hukum” ini.
Pria yang juga caleg DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 7 dari partai Golkar ini juga mengingatkan kepada para elit politik agar menjadi contoh dan panutan bagi masyarakat untuk selalu hidup rukun berdampingan tanpa memandang perbedaan pilihan politik yang ada. Caleg milenial dengan komitmen “Siap Melayani Bukan Dilayani” ini juga berharap Catur Brata Penyepian dapat dijalankan dengan baik dan semua pihak ikut menjaga keheningan dan ketenangan Hari Raya Nyepi.
Togar juga sangat mengapresiasi kreativitas generasi muda dalam menciptakan ogoh-ogoh yang selalu menjadi daya tarik saat diarak pada malam Pengrupukan atau sehari menjelang Nyepi. Ia mengatakan, anak muda boleh mengikuti trend modernisasi tapi diingatkan agar tetap berpegang kepada jati diri budaya Bali dan tidak meninggalkan kebudayaan asli masyarakat Hindu.
Kepada anak muda atau sekeha teruna teruna, Togar berpesan dalam pembuatan ogoh-ogoh agar sesuai dengan filosofi agama Hindu, bentuk ogoh-ogoh tidak boleh bernuansa politik, dan bahan-bahan pembuatannya harus yang ramah lingkungan. Satu hal yang juga tak kalah penting yang wajib ditaati adalah pengiring arak-arakan ogoh-ogoh agar tidak menggunakan sound system karena menurut Togar, hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan budaya Bali.
“Gunakan saja gamelan baleganjur, kentungan, tektekan atau pakai obor sehingga tetap menunjukkan identitas adat budaya Bali,” pesan advokat murah senyum ini.
“Mari kita laksanakan Catur Brata Penyepian ini dengan khusuk dan bebaskan diri dari hasrat atau kepentingan politik apapun menuju Bali yang shanti dan jagadita” tutupnya. (red)