Urgensi Transformasi Ekonomi Bagi Bali, Bank Indonesia Dorong Pengembangan “New Source Growth Engine”

Denpasar (Penabali.com) – Pada triwulan II 2021, BPS mencatat perekonomian Bali mengalami pertumbuhan positif 2,83% (yoy) meningkat dari -9,81% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Pelonggaran kebijakan PPKM selama triwulan II 2021 memberikan ruang gerak bagi sektor pariwisata dan sektor terkait untuk mendorong perbaikan ekonomi. Program Work from Bali di bulan Mei-Juni 2021 memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Bali.

Optimisme konsumen dan pelaku usaha seiring dengan pelaksanaan program vaksinasi yang berjalan ontrack juga mendorong keberlanjutan perbaikan ekonomi.

“Pertumbuhan (yoy) yang positif ini tidak terlepas dari rendahnya base effect di triwulan II 2020 yang merupakan periode awal pandemi dimana pengetatan pergerakan mulai diberlakukan pertama kalinya (PSBB),” terang Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Jumat (07/08/2021).

Trisno mengatakan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor produk industri pengolahan dan pertanian, kinerja konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga.

Dari sisi lapangan usaha (LU), 14 dari 17 LU mengalami pertumbuhan (yoy) positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada LU Administrasi Pemerintahan (15,67%), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (9,20%), Akmamin (4,87%), dan Transportasi (2,24%). LU Administrasi Pemerintahan meningkat seiring realisasi belanja pemerintah terutama pembayaran THR dan gaji ke-13.

Sementara pertumbuhan positif LU jasa kesehatan tidak terlepas dari implementasi vaksinasi, dimana realisasi vaksin di Bali tercatat paling tinggi di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan kinerja LU Akmamin dan LU Transportasi terjadi seiring meningkatnya kunjungan wisdom pada momen long weekend (Hari Raya Idul Fitri) serta berbagai event pariwisata, diantaranya program Work from Bali (WFB).

“Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan melambat sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian baru Covid-19. Penurunan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada lapangan usaha yang berkaitan langsung dengan aktivitas pariwisata (LU Akmamin, LU Transportasi dan LU Perdagangan, red),” jelas Trisno.

Trisno mengungkapkan, hikmah yang dapat diambil dengan berlanjutnya penyebaran Covid-19 adalah semakin tingginya urgensi transformasi ekonomi bagi provinsi Bali. Ketergantungan pada sektor pariwisata telah meningkatkan kerentanan perekonomian Bali, dimana secara historis kinerja perekonomian Bali mengalami penurunan pada saat mengalami guncangan (Bom Bali I, Bom Bali II, Bencana Gunung Agung).

Untuk meningkatkan resiliensi perekonomian Bali, kata Trisno, perlu pengembangan new source growth engine, yakni pada sektor pertanian, industri kreatif, ekonomi digital dan pendidikan.

“Untuk mempercepat pemulihan kinerja perekonomian, prasyarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberhasilan pemberian vaksinasi serta penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19,” ujarnya.

Bank Indonesia merekomendasikan untuk dilakukan 5 langkah strategis yaitu : (i) mendorong pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE untuk meyakinkan bahwa Bali siap menerima wisatawan, (ii) mendorong UMKM untuk on boarding sehingga memperluas pemasaran, (iii) mempercepat realisasi belanja daerah dan pembangunan infrastruktur, (iv) mendorong sektor pertanian untuk menerapkan GAP (Good Agriculture Practice) menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming), dan memasarkan produknya melalui e-commerce dan marketplace, dan (v) mendorong pembayaran secara nontunai, utamanya menggunakan QRIS. (rls)