Ribuan krama Desa Adat Kerobokan melaksanakan upacara Melasti menuju Pantai Petitenget, Kamis (18/7). Melasti dilaksanakan serangkaian karya agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Ngusaba Desa, Ngusaba Nini, Tawur Balik Sumpah Utama, Padudusan Agung dan Segara Kertih, di Pura Desa dan Puseh desa adat setempat.
Prosesi melasti yang diikuti ribuan krama Desa Adat Kerobokan dimulai sekitar pukul 8 pagi. Dengan membawa berbagai sarana upakara termasuk mengusung 72 jempana, dimana masing-masing jempana ini berisi sejumlah pratima dan pralingga Ida Sesuhunan Kahyangan Tiga Ida Betara Betari dan sesuhunan Pura Ibu serta kawitan Pura Dadia sewilayah Desa Adat Kerobokan.
Melasti dimaknai menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan melalui sumber air seperti danau dan laut yang dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan. Sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi alam semesta beserta isinya.
“Dari prosesi ini, kami memohon tirta suci untuk selanjutnya membersihkan semua pralingga Ida Betara dengan harapan seluruh rangkaian karya agung yang kami laksanakan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan keselamatan dan perlindungan kepada seluruh jagat raya khususnya krama Desa Adat Kerobokan,” jelas Manggala Prawartaka Karya, Drs. Anak Agung Ngurah Gde Sujaya, M.Pd., didampingi Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja, SH., dan panitia, disela upacara melasti.
Lebih lanjut dikatakan, didalam prosesi melasti ini, juga dilaksanakan upacara pakelem atau mulang pakelem sebagai media permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar sumber air dapat berfungsi dengan baik dan memberikan kehidupan kepada seluruh alam semesta beserta isinya.
“Sarana mapekelem berupa kebo dan sapi termasuk kita juga melaksanakan tawur dengan piranti kebo, kambing, sapi, dan celeng (babi) butuan,” ujarnya.
Upacara melasti ini dipuput Ida Pedanda Gede Kekeran Pemaron dan Ida Pedanda Buda Gde Jelantik. Sedangkan untuk upacara mapekelem dipuput Ida Rsi Bhujangga Kerta Buana.
Sekitar pukul 2 siang seluruh prosesi melasti telah selesai dilaksanakan. Seluruh krama Desa Adat Kerobokan bersama 72 jempana kembali ke Pura Desa dan Puseh. Dengan berjalan kaki, krama dengan penuh semangat dan suka cita mengusung puluhan jempana meski dibawah terik sinar matahari.
Sebelum memasuki Pura Desa dan Puseh, tepat di pempatan agung catus pata Desa Adat Kerobokan, seluruh pratima dan pralingga Ida Betara Sesuhunan diturunkan dari jempana untuk kemudian dipundut menuju Pura.
Anak Agung Ngurah Gde Sujaya menjelaskan, usai prosesi melasti ini, eedan atau rangkaian proses upacara selanjutnya adalah mendak Agung/Siwi yang dipuput Ida Pedanda Gde Putra Keniten.
Rangkaian karya agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Ngusaba Desa, Ngusaba Nini, Tawur Balik Sumpah Utama, Padudusan Agung dan Segara Kertih di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kerobokan telah dimulai Rabu (19/6). Puncak karya akan dilaksanakan Soma Kliwon Kuningan 29 Juli 2019 yang akan dipuput Ida Pedanda Gede Putra Tembau, Ida Pedanda Putra Telaga Sanur, Ida Pedanda Buda Gde Jelantik, Ida Pedanda Gde Putra Telabah, dan Ida Rsi Agung Adnyana Telabah. Seluruh rangkaian karya agung akan berakhir pada Soma Paing Merakih 9 September 2019 dan akan dipuput Ida Pedanda Gde Putra Bajing dan Ida Pedanda Gde Sari Arimbawa. (red)