PLN bersama FORTEI (Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia) dan IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineer) menggelar PLN International Conference on Technology and Policy in Electronic Power and Energy (ICT-PEP) 2020 secara daring, Rabu dan Kamis (23-24/9/2020).
Kegiatan konferensi akademik internasional yang bertajuk “Making Indonesia 4.0 through Development of National Green Energy Resources”, diikuti 66 peserta dari 12 negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menjelaskan pemerintah berkomitmen untuk terus mengembangkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), khususnya dalam penyediaan tenaga listrik.
“Sejak tahun 2015 hingga Juni 2020, porsi EBT pada bauran sumber pembangkit terus berkembang, dari sebelumnya 10,75 persen menjadi 14,92 persen,” tutur Arifin.
Tantangan dalam pengembangannya, pembangkit EBT saat ini memiliki harga yang relatif lebih mahal jika dibandingkan pembangkit listrik tenaga uap. Selain itu, pembangkit EBT juga bersifat intermittent sehingga membutuhkan pendamping pembangkit lain untuk menjaga keandalan pasokan listrik.
“Potensi EBT (PLTM, PLTP, PLTA) yang biayanya rendah dan capacity factornya bagus biasanya jauh dari pusat beban atau berada di daerah konservasi, serta pembangkit biomassa dan biogas membutuhkan feedstock pada operasinya,” ucap Arifin.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini pada kesempatan ini juga menyampaikan visi PLN saat ini adalah menjadi perusahaan listrik terkemuka se-Asia Tenggara dan menjadi pilihan nomor satu pelanggan untuk solusi energi. Untuk mencapai visi tersebut, PLN perlu mendapat dukungan dari masyarakat global.
“Melalui sinergi pada jaringan profesional dan akademik baik nasional dan internasional, PLN menghimpun karya-karya akademik terbaik dengan dukungan IEEE yang menjaga agar karya akademik sesuai standar internasional, harapannya ide ini dapat membuat perusahaan kita menjadi lebih baik,” kata Zulkifli.
Gelaran PLN ICT-PEP 2020 ini diinisiasi untuk membangun jaringan triple helix antara pembuat kebijakan, industri, dan akademisi untuk berbagi gagasan dan hasil riset terkait ketenagalistrikan yang kemudian akan dievaluasi oleh ahli-ahli tenaga listrik. Bagi proposal riset yang terpilih akan disponsori oleh PLN untuk pengembangan lebih lanjut.
Terdapat 161 makalah yang masuk dan 71 (44%) makalah yang diterima setelah melalui proses review. Dari 71 makalah tersebut 53 makalah (15%) berasal dari PLN Group dan 15 makalah dibuat oleh peserta dari beberapa negara seperti India, Malaysia, Pakistan, Jepang, Qatar, Tajikistan, Kanada, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Rumania, dan Belanda. Sebanyak 66 paper dari 71 yang telah selesai proses revisi tersebut dipresentasikan untuk menjadi prosiding internasional. (red)