Categories Badung Pendidikan

Workshop Penerjemahan UPT Bahasa Unud, Mesin Penerjemah Tantangan Penerjemah di Era Digital

Badung (Penabali.com) – UPT Bahasa Universitas Udayana menyelenggarakan Workshop Penerjemahan selama dua hari di Four Star by Trans Hotel, yang mengangkat tema “Peran Penerjemah dan Juru Bahasa dalam Internasionalisasi Institusi Perguruan Tinggi”. Adapun para peserta yang mengikuti workshop ini mayoritas dosen yang berasal dari 13 fakultas di Universitas Udayana dan perguruan tinggi negeri/swasta di Bali.

Workshop hari pertama diisi pemaparan materi mengenai penerjemahan tulis yang menghadirkan akademisi serta ahli penerjemahan tulis, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., dan Dr. Sugeng Hariyanto, S.Pd.

Sesi pertama ini diisi narasumber Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A., membawakan materi penerjemahan tulis yang dibagi menjadi tiga sesi poin diskusi diantaranya the role of translation, the nature of translation, issues on translation. Prof. Putra Yadnya juga menambahkan bahwa peluang penerjemah dan tantangannya di era 4.0 di industri bahasa meliputi rekayasa bahasa, komodifikasi bahasa, pabrik kata-kata dan alih wahana (multimodality) dengan tantangan adanya alat/mesin penerjemah seperti google translate, microsoft translator, easy language translator, Say Hi Translator, Trip Lingo dan lainnya sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi penerjemah.

Pada sesi kedua disampaikan Dr. Sugeng Hariyanto, S.Pd., M.Pd., yang menekankan bagaimana tantangan menerjemahkan dokumen dalam proses akreditasi internasional seperti kategori survei, deskripsi program studi, atauapun dokumen legal di universitas seperti SK Rektor. Lebih lanjut, Dr. Sugeng menambahkan terdapat beberapa medium yang bisa digunakan bagi penerjemah dalam melakukan pekerjaannya seperti menggunakan terjemahan secara manual ataupun dengan bantuan alat seperti Cat tool tanpa MT ataupun Cat tool dengan MT. Perlu dipertegas bahwa proses menerjemahkan harus menjaga kendali mutu khususnya intelligibility (mudah dipahami) dan fidelity (kekeliruan terjemahan).

Praktik langsung penjurubahasaan atau interpreting dengan booth interpreter. (foto: ist.)

Hari kedua pelatihan pada sesi pertama diisi Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani, M.Hum., Guru Besar Linguistik pada Konsentrasi Penerjemah. Prof. Puspani dalam materi juru bahasa, menekankan perbedaan dasar penerjemahaan dan penjurubahasaan ialah penerjemahan bersifat tertulis, alat bantu dapat berupa kamus atau alat proof reader sedangkan penjurubahasaan bersifat oral/lisan terdapat alat bantu dengan durasi terbatas dan audiens secara langsung.

Di sisi lain, kegiatan penjurubahasaan juga memiliki tantangannya sendiri seperti ketidakterjemahan linguistik, budaya, bahasa sumber, usaha waktu, serta ambiguitas dalam prosesnya.

Pada sesi kedua diisi sharing session mengenai penjurubahasaan oleh Drs. Azali Pangiringan Samosir serta disertai dengan praktik langsung penjurubahasaan atau interpreting dengan booth interpreter. Sebagai salah satu juru bahasa yang telah memiliki banyak jam terbang sebagai juru bahasa, Azali membagikan pengalaman bagaimana menjadi interpreter/juru bahasa yang profesional dengan banyak melakukan latihan secara berkelanjutan menggunakan media youtube atau televisi dan sumber relevan lainnya yang mampu meningkatkan kemampuan interpreter khususnya simultaneous interpreting. (rls)