Pariwisata Bali Jadi “Warning” Bagi Kelangsungan Hidup Masyarakat Bali,
Ini Alasan Gubernur Koster.
Gubernur Bali dan Wakil Gubernur Bali, Wayan Koster dan Tjok Oka Artha Ardana Sukawati menegaskan sikap dan komitmen untuk membangun pariwisata Bali secara serius. Kenapa serius, karena menurut Gubernur Koster, pariwisata Bali telah menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bali dan pilar utama perekonomian masyarakat di Bali.
“Hampir 70 persen produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata dan rentetan dengan pariwisata. Artinya ini pariwisata betul-betul memiliki posisi yang sangat strategis, penting, sekaligus juga warning bagi kita semua”, jelas Gubernur Koster pada saat gathering Gubernur Bali dan Wakil Gubernur Bali dengan Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali (AMPB) di Kapal Bounty Cruise, Benoa, Denpasar, Jumat malam (14/12).
Dikatakan, karena 70 persen nasib perekonomian Bali ada ditangan dunia pariwisata maka kalau pariwisata Bali ini terganggu atau tidak bisa berjalan secara berkelanjutan maka langsung juga akan menggangu perekonomian Bali. “Mengganggu juga tingkat kesejahtetaan masyarakat. Sudah sekian profesi di Bali ini hidupnya itu dari dunia pariwisata”, pungkas Gubernur Koster.
Alam Bali kata Gubernur Koster, dengan budaya dan manusianya yang dianugrahkan kepada kita semua di Bali itu mungkin ditujukan untuk menjadikan Bali sebagai tujuan wisata dunia. “Diberikan alam yang indah, manusianya yang ramah, budayanya yang unik, kaya dan menjadi tata cara kehidupan masyarakat Bali dalam satu kesatuan kehidupannya itu telah menjadikan Bali ini pusat peradaban dunia, maju budayanya”, jelas Gubernur Koster yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.
Keunikan budaya, keramahtamahan masyarakatnya dan keindahan alamnya menjadikan Bali terkenal dan dicintai masyarakat dunia sehingga orang jadi tertarik datang berkunjung ke Bali. “Yang saya kira dulunya orang datang ke Bali ini adalah ingin melihat budaya Bali bukan semata-mata alamnya yang indah yang utama adalah budayanya. Kalau melihat alam yang indah di seluruh Indonesia ini alam indah banyak, tetangga kita NTB ada, Tangkuban Perahu di Jawa Barat kurang apa indahnya tapi yang unik budayanya seperti Bali yang kaya raya yang tatanan kehidupannya menyatu antara adatnya agamanya seni tradisi dan budayanya serta kearifan lokal gak ada ditempat lain cuma ada di Bali”, beber Gubernur Koster disambut tepuk tangan meriah dari undangan yang hadir.
Karena kekayaan alam, adat, agama, tradisi, seni dan kearifan lokal yang dimiliki Bali inilah yang kemudian menyedot banyak wisatwan baik mancanegara dan domestik datang berkunjung. Lalu faktor apa yang paling menentukan Bali tersohor ke seluruh dunia jelas Gubernur Koster, adalah alamnya, manusianya dan budayanya. Karena itu, untuk menjaga keberlangsungan pariwisata Bali ini, kata Gubernur Koster, pariwisata Bali tidak boleh mengabaikan alam Bali, manusia Bali, dan budaya Bali. Pariwisaya Bali tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, namun secara bersama-sama menyatu dalam satu sistem pola pembangunan.
“Pariwisata kita di Bali ini harus lengket dengan alamnya, manusianya, budayanya gak boleh lepas. Apa artinya, gak boleh jalan sendiri-sendiri, harus disatukan dalam satu sistem pola pembangunan di Bali yang harus diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku yang ada di masyarakat”, ucap Gubernur Bali asal Desa Sembiran Buleleng ini.
Untuk membangkitkan kesadaran itu secara bersama-sama, harus melihat kondisi yang terjadi saat ini bahwa alam Bali sudah mulai rusak. “Banjir dimana-mana, sampah dimana-mana, hutan sudah rusak banyak danau sudah mulai pendangkalan, polusi, sungai mulai mengering”, bebernya.
Karena itu, dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali maka visi ini akan menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan krama dan gumi Bali yang sejahtera dan bahagia sekala dan niskala. Penjabaran dari visi Gubernur Bali tersebut, diimplementasikan lewat 5 bidang prioritas yaitu sandang pangan dan papan, pendidikan dan kesehatan, jaminan sosial dan ketenagakerjaan, bidang adat agama tradisi seni dan budaya, serta bidang pariwisata dan infrastruktur darat laut dan udara secara terintegrasi yang menjadi daya dukung kelima bidang tersebut sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. (gap)