Penmil PTRI Kunjungi Prajurit TNI Konga XXIII-M/Unifil di Lebanon Selatan

“Indonesia, Negara Terbesar ke-7 Pengiriman Prajurit Jaga Perdamian Dunia”

 

Pen Konga XXIII-M/Unifil. Penasehat Militer Perwakilan Tetap Republik Indonesia (Penmil PTRI) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Brigjen TNI Fulad, S.Sos., M.Si., mengunjungi Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis Konga XXIII-M/Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) atau Indonesian Battalion (Indobatt) yang sedang melaksanakan misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.

Kedatangan Penmil PTRI Brigjen TNI Fulad disambut Komandan Kontingan Garuda Unifil 2019 Kolonel Inf. Aji Mimbarno, S.A.P., Dansatgas Indobatt Konga XXIII-M/Unifil Letkol Inf. Arfa Yudha Prasetya, Dansatgas FPC (Force Protection Company) Letkol Inf. Nur Wahyudi serta seluruh Perwira Satgas di Markas Indobatt UNP 7-1 Adchit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Jumat (21/12/2018).

Dihadapan ratusan Prajurit TNI Konga XXIII-M/Unifil, Penmil PTRI Brigjen TNI Fulad menyampaikan tentang peran Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia. Menurutnya, saat ini negara Indonesia merupakan negara terbesar ke-7 yang mengirimkan prajuritnya untuk tergabung dalam misi menjaga perdamian dunia dan untuk kali yang ke dua menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Lebih lanjut Brigjen TNI Fulad menjelaskan, fungsi dan tugas Penmil salah satunya mencari terobosan-terobosan dengan budget yang tidak terlalu besar, yaitu dengan cara bekerja sama dan membuat kesepakatan dengan negara-negara yang memiliki kontribusi besar dalam menyumbangkan pasukannya, sehingga memunculkan peluang untuk mendapatkan kesempatan menambahkan personel Indonesia untuk ikut dalam menjaga perdamaian dunia baik sebagai prajurit maupun sebagai staf di PBB.

Disisi lain, Penmil PTRI juga menyampaikan tentang program ke depan dalam menyiapkan prajurit yang akan dilibatkan dalam misi perdamaian dunia, pertama, sebelum diterjunkan ke misi setiap prajurit harus dibekali dengan pengetahuan tentang perkembangan politik negara yang menjadi tujuan misi. Kedua, setiap prajurit harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaiakan setiap tugas.

Ketiga, tentang penambahan jumlah personel wanita dalam misi menjaga perdamaian. Keempat, prajurit yang akan diikutkan misi tidak hanya mendapat pelatihan standar United Nation (UN), namun juga harus memiliki standar nilai mutlak untuk dapat menjadi Peacekeeper.

“Kepada seluruh prajurit untuk tetap melatih dan menggunakan kemampuannya dalam berbahasa Inggris, sehingga dapat memperlancar dalam setiap pelaksaan tugas dan memperoleh tambahan pengetahuan bahasa setelah menyelesaikan misi,” ujarnya. (red)