Menuju Ketahanan dan Kedaulatan Pangan, Petani Muda Berharap Dilibatkan Program Food Estate

Denpasar (Penabali.com) – Di masa pandemi pemerintah menjalankan program Food Estate yang berada di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Program tersebut dirancang untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam rangka merespon laporan Food and Agriculture Organization (FAO).

Sebelumnya, FAO telah memberikan peringatan dini kepada seluruh pemimpin negara mengenai kemungkinan buruk dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan.

Merespon hal tersebut, Ketua Forum Petani Muda Bali (Petani Muda Keren), A.A. Gede Agung Wedhatama P mengatakan, pihaknya sangat mendukung program Food estate. Menurutnya, program tersebut dinilai sangat baik untuk mencapai ketahanan pangan nasional.

“Kalau saya sih bagus-bagus aja ya, karena kan food estate digalakkan membuat lahan-lahan baru yang tidak produktif dibikin produktif. Jadi, untuk sekarang ya optimis sih food estate ini akan berjalan baik. Akan berjalan sesuai dengan apa yang diimpikan,” ungkapnya yang diterima media, Jumat (3/9/2021).

Namun, lanjut Agung, yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam program Food Estate ini adalah sustainablity-nya atau keberkelanjutan terkait program tersebut, hingga mencapai ketahanan pangan nasional.

“Tantangannya kan menurut kita ngomongin program itu kan kalau kami anak muda itu kan sustainablity, kelanjutannya, jadi bagaimana food estate ini benar-benar berlanjut, berjalan terus untuk menopang ketahanan pangan nasional, tidak hanya ketahanan pangan tapi kita bisa kedaulatan pangan dengan food estate,” paparnya.

Tak hanya hanya itu, lanjut Agung, pihaknya pun mendorong pemerintah agar menggerakkan anak-anak muda atau para petani muda untuk dapat bergabung dalam program Food Estate tersebut.

“Kalau saya sih sebenarnya yang penting dilakukan adalah menggerakkan sebanyak-banyaknya petani, karena bagaimanapun juga ketahanan pangan poinnya ada di petani, tentunya petani muda, karena di Indonesia generasi petaninya sudah hampir habis, 33 juta masyarakat yang bertani sekarang anak mudanya cuma 7 persen, gak lebih dari 4-5 juta, sangat kecil sekali. Jadi ini menjadi tantangan di Indonesia, bagaimana kita mengajak anak muda kita untuk bertani. Jadi food estate ini bagus, cuman baiknya memang anak-anak muda dilibatkan di program Food Estate ini, jadi yang diberdayakan itu petani-petani muda, sehingga sustainablitinya bisa berjalan, takutnya nanti food estate bisa berjalan sekarang, 5 tahun presidennya ganti 3 tahun menterinya ganti, programnya sudah gak jalan lagi kan begitu yang biasa terjadi,” jelasnya.

Selain itu Agung berharap, kedepan pemerintah lebih banyak menggerakkan para petani atau calon petani dengan memperbanyak pelatihan dengan tujuan dapat merangsang minat bertani bagi masyarakat Indonesia.

“Jadi bagaimana pemerintah mengempower petani-petani, mungkin dengan memperbanyak pelatihan, jadi yang dikordinir itu manusianya, kalau manusia Indonesia kuat, manusianya punya mindset jadi petani hebat, manusia yang punya mindset petani keren Food Eatate pasti jalan, karena tantangan terbesar kita itu di manusia, manusia Indonesia kan sekarang sedikit banget yang mau jadi petani, jadi itu yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Bagaimana memberikan pelatihan langsung bimtek-bimtek diperbanyak, sekolah-sekolah pertanian diberikan bantuan, di empower, disupport sehingga makin dekatnya masyarakat dengan pertanian, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk jadi petani,” tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tidak menampik jika ketahanan pangan nasional merupakan tujuan utama dari program Food Estate. Ketersediaan pangan yang memadai untuk seluruh rakyat menjadi fokus utama kementeriannya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor. (rls)