Denpasar (Penabali.com) – Demi meningkatkan sradha bakti terhadap leluhur dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia umat, Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Pusat bekerja sama dengan ITB STIKOM Bali menggelar Dharmatula Nasional secara daring, bertempat di kampus ITB STIKOM Bali, Denpasar, Jumat (08/10/2021) dan diikuti ratusan warga Pasek di seluruh Indonesia. Kegiatan ini mengusung tema “Revitalisasi Nilai Budaya Melalui Peningkatan Literasi dan Moderasi Beragama Bagi Warga MGPSSR di Era Modern”.
Ketua Umum MGPSSRI Pusat Prof. Dr. I Wayan Wita, SPJ mengatakan kerja sama dengan ITB STIKOM Bali adalah yang ketiga kalinya, setelah kerja sama menggelar doa bersama Shanti Puja Samgraha dan Pesamuan Agung tahun 2020 serta sekarang Dharmatula Nasional.
“Terima kasih kepada STIKOM Bali karena sudah menyediakan tempat dan fasilitas demi kemajuan umat,” kata Prof. Wita.
Disebutkan, karena dharmatula ini menyangkut agama Hindu, maka dikhususkan untuk warga Pasek yang secara kuantitatif diperkirakan sebanyak 2,7 juta orang di Indonesia.
“Jadi jangan salah tafsir, tapi kami ingin ke dalam dengan membangun SDM dulu, kami mulai dengan diri sendiri sebelum kami mengajak orang lain,” sebut dokter spesialis jantung ini.
Menurutnya, era pandemi telah meluluhlantakkan seluruh sendi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan moral. Meski ekonomi terpuruk, mental dan spiritual tidak boleh terpuruk.
“Sebab kalau terpuruk, waduh hancur leburlah. Karena definisi sehat sekarang adalah sehat fisik, mental, spiritual dan inovatif ekonomi. Artinya bisa kreatif dan mengurus diri sendiri,” ucap Wita.
Masalahnya, lanjut Prof. Wita, di era digital ini masyarakat bukanlah masyarakat pembaca sehingga gempuran informasi melalui media sosial tidak disimak secara utuh. Seharusnya dipilah dan dipilih, mana yang baik mana yang tidak, jangan ditelan mentah-mentah karena berdampak pada moral dan etika.
Karena itulah Dharmatula Nasional ini digelar untuk memberi pencerahan literasi sehingga nilai budaya dan agama tidak boleh luntur tetapi menjadi perekat kehidupan beragama, bermasyarakat, dan menghargai lingkungan sesuai ajaran Tri Hita Karana.
“Kata kuncinya yang paling mendasar, kami ingin mempraktekkan, bahwa kita semua bersaudara atau Vasudhaiva Kutumbakam, bukan saja sesama warga Pasek atau umat Hindu tetapi juga umat agama lain,” tegasnya.
Wakil Rektor 3 Bidang Kerja Sama dan Inovasi ITB STIKOM Bali I Made Sarjana mengatakan kerja sama dengan MGPSSR sebagai wujud kolaborasi Penta Helix (pemerintah, media, komunitas, bisnis, dan akademisi) dalam meningkatkan pemahaman beragama umat Hindu khususnya warga MGPSSR didalam menghadapi perubahan zaman yang demikian dasyat dan cepat sehingga tercipta sikap toleran menuju keseimbangan dan keselarasan secara horisontal maupun vertikal.
Dharmatula nasional ini dipandu Dr. Nararya Narotama, SE., M.Par., M.Rech., menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ida Pandita Mpu Acharya Jaya Daksa Vedananda dengan materi “Arahan Sastra Agama Terkait Perubahan Budaya Beragama di Bali”, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharyananda membawa materi “Fenomena Pergeseran Budaya Beragama”, dan Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda dengan materi “Keseimbangan, Moderasi Beragama dalam Hindu Nusantara”. (rls)