Buleleng (Penabali.com) – Kopi merupakan komoditas perkebunan andalan Kabupaten Buleleng. Baik jenis kopi arabika dan robusta, menjadi produk unggulan yang masih mampu menggerakkan roda perekonoian di Bali Utara ditengah pandemi Coivd-19.
Melihat sentralnya peran kopi bagi perekonomian Bali Utara, Pemerintah Pusat maupun daerah terus menggenjot perbaikan sektor perkebunan kopi. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana secara khusus, terus mengupayakan peningkatan harga jual kopi Buleleng.
Keseriusan tersebut terlihat dari dukungan penuh yang diberikan pada Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya dan Pasca Panen Kopi Tahun 2021 yang diselenggarakan Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian RI yang disupervisi Komisi IV DPR RI di Hotel Bali Taman, Rabu (13/10/2021).
Ditemui usai kegiatan, Bupati Suradnyana mengatakan Bimtek ini merupakan hal yang sangat penting bagi para petani kopi. Selain mendapatkan pengetahuan, para petani juga bisa bertukar pikiran terkait budidaya kopi. Mulai dari budidaya hingga pasca panen.
”Ini sangat penting buat kita karena sudah pasti ada nilai tambahnya” katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah akan terus mendorong para petani kopi khususnya di Kabupaten Buleleng. Tidak hanya menambah pengetahuan para petani, Suradnyana mengatakan akan mengupayakan solusi lain untuk meningkatkan produksi kopi. Sehingga, berkontribusi pada peningkatan harga jual kopi.
“Pasca panen berikutnya, akan kita upayakan. Dicarikan bantuan untuk pengolahannya. Tentunya untuk meningkatkan harga kopi dan petani punya kreativitas untuk menjual serta membuat jenis rasa” jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Ir. I Made Sumiarta, mengatakan Pemkab Buleleng melalui Dinas Pertanian telah menyiapkan strategi khusus yaitu pengembangan kopi secara holistik. Tanaman kopi akan digarap dari hulu sampai hilir. Mulai dari pembudidayaan sampai pasca panen.
Menurutnya, penanganan ini sangat cocok diterapkan di Buleleng dengan predikat penghasil kopi robusta terbesar di Bali. Dengan membuat kawasan kopi, diharapkan kopi Buleleng akan memiliki identitas tersendiri. Sehingga akan dengan mudah dijangkau oleh masyarakat luas.
”Di Buleleng ini kopi terbagi menjadi dua, yang paling besar adalah kopi robusta. Ketika orang mencari kopi Robusta ya ke Buleleng,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sumiarta menjalaskan 76 persen lahan kopi robusta terdapat di Kecamatan Busungbiu. Namun, permasalahan yang saat ini dihadapi petani adalah pasca panen, yaitu pada penjualan. Dengan demikian, Distan Buleleng telah menyiapkan solusi, yakni integrasi antar sektor serta yang terpenting, adalah menciptakan koperasi-koperasi tani. Sehingga harga kopi yang akan dijual oleh petani tidak lagi ditentukan oleh pengepul.
”Biar petani kopi punya bargaining power,” tegasnya.
Bimtek yang berlangsung selama sehari ini dibuka Anggota Komisi IV DPR RI, I Made Urip, diikuti 70 orang peserta dari petani kopi yang terdapat di wilayah Buleleng dengan narasumber Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Provinsi Bali, Kadistan Buleleng dan owner Bali Arabica. (rls)