Buleleng (Penabali.com) – Kabupaten Buleleng memiliki banyak destinasi wisata dan tradisi kebudayaan yang unik. Tak jarang, banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara datang berkunjung ke Buleleng untuk melihat langsung tradisi tersebut.
Seperti halnya Desa Lemukih. Desa yang terletak di ujung selatan Kecamatan Sawan ini memiliki tradisi budaya yang masih terjaga kelestariannya sampai saat ini.
Perbekel Lemukih, I Nyoman Singgih, saat ditemui Senin (25/4/2022), menyampaikan salah satu tradisi yang dimiliki Desa Lemukih yakni Tari Janger Lemukih. Tarian ini merupakan tradisi yang sakral. Dalam tradisi ini, dipercaya oleh masyarakat desa setempat, jika memohon sesuatu yang dibarengi mejanji/mesesangi mupahang janger, maka kemungkinan besar apa yang dimohon akan dipenuhi.
“Janger ini sudah dikenal sejak tahun 1970. Biasanya Janger Lemukih dipentaskan pada malam hari, tepatnya sesudah sandikala atau sekitar jam setengah 8 malam,” ucapnya.
Janger Desa Lemukih dipentaskan oleh anak-anak yang sebagian besar masih duduk di bangku SD dan SMP. Jumlah penarinya bisa mencapai 30 orang secara berpasangan, yakni dari kelompok putri sebagai janger, dan putra sebagai kecaknya.
“Mereka menari sambil menyanyikan lagu janger secara bersahut-sahutan, mengikuti irama teriakan satu sama lainnya dengan duduk yang sejajar atau melingkar,” jelas Singgih.
Terkait dengan durasi pementasan, Janger Desa Lemukih dipentaskan selama 20 sampai 25 menit menggunakan pakaian tradisional yang sederhana.
Lebih lanjut Singgih menerangkan, Janger Lemukih tidak hanya pentas di lingkup desa, namun sudah pernah mengikuti pagelaran festival di luar Kabupaten Buleleng.
Guna menjaga tradisi itu, Singgih berencana membuat tempat pertunjukan janger, sehingga Janger Desa Lemukih bisa melaksanakan pementasan secara kontinyu serta semakin dikenal dan bisa menarik wisatawan yang berkunjung ke Desa Lemukih.
“Kita rencanakan mengadakan janger 1 sampai 2 kali dalam setahun. Itu juga tergantung situasi dan kondisi,” tutupnya. (rls)