Buleleng (Penabali.com) – Sebagai salah satu komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng dalam upaya melestarikan warisan seni dan budaya Bali khususnya di Kabupaten Buleleng, Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng menggelar Lomba Membuat Wayang dan Palawakya di Wantilan Sasana Budaya Singaraja, Senin (29/8/2022).
Kegiatan lomba kali ini tentunya menyasar generasi muda sebagai penerus seniman dan budayawan Buleleng. Kadis Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika, menyadari bahwa minat generasi muda untuk menekuni bidang pewayangan, khususnya membuat wayang sudah sangat jarang ditemui. Karena itu, pihaknya secara berkelanjutan melakukan sosialisasi dan hari ini dilangsungkan perlombaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan antusiasme generasi muda.
“Kita ingin penguatan dan pengenalan kembali warisan budaya yang kita miliki kepada generasi muda. Karena selama ini warisan budaya yang berupa adat tradisi seperti membuat wayang dan palawakya ini sudah mulai tergerus jaman,” terangnya.
Terkait peserta, Kadis Wisandika menyampaikan peserta lomba ini adalah generasi muda perwakilan masing-masing kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dimana pada Lomba Membuat Wayang adalah teruna teruni usia 15 – 25 tahun dengan jumlah setiap perwakilan kecamatan sebanyak 6 orang. Sedangkan pada Lomba Palawakya diikuti 2 pasang peserta dengan usia 13 – 20 tahun masing-masing kecamatan.
Kadis Wisandika menambahkan, pada perlombaan membuat wayang, seluruh peserta diwajibkan membuat wayang dengan tokoh Bima versi Buleleng dengan bahan dan peralatan yang disediakan panitia.
Sementara itu, salah satu dewan juri, I Ketut Supir selaku Dosen Seni Rupa Undiksha Singaraja, menerangkan ketentuan lomba membuat wayang Bima dengan gaya Buleleng itu adalah hal utama dalam penilaian kendatipun secara garis besarnya karakter Bima dalam Agama Hindu itu adalah satu seluruh Bali.
“Secara geografis budaya, Buleleng dan Bali Selatan memiliki karakteristik yang berbeda walaupun berpayung pada Agama Hindu. Tapi itulah kreativitas, perbedaan wayang Buleleng terletak pada aspek pakaian. Jika kita bandingkan langsung baru terlihat jelas,” terang Ketut Supir.
Ditambahkan, perlombaan wayang kepada generasi muda ini adalah untuk mewariskan sesuatu yang berbeda dan kreatif sebagai penjaga budaya kedepannya. Pihaknya menginginkan generasi muda Buleleng mengetahui dengan baik bagaimana pakem-pakem Buleleng. Generasi muda Buleleng harus berkembang dengan caranya sendiri tanpa melepas pakem yang ada.
Salah satu peserta dari perwakilan Kecamatan Sukasada, Ni Wayan Sudiarini, mengaku senang dan merasa tertantang bersaing dengan peserta laki-laki lainnya dalam perlombaan membuat wayang kali ini. Kecintaannya kepada wayang berawal dari hobi menggambar kemudian mengembangkan hobi di SMA Candimas Pancasari melalui ekstrakurikuler. Wayan Sudiarini yakin mampu bersaing dengan peserta lainnya untuk meraih juara. (rls)