Gianyar (Penabali.com) – Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Menyikapi perkembangan pariwisata khususnya di Gianyar, Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Udayana melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat pada hari Jumat, 23 September 2022, bertempat di Objek Wisata Kanto Lampo, Banjar Kelod Kangin, Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar. Kegiatan ini diikuti pengelola program studi, dosen, mahasiswa, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, tokoh masyarakat Banjar Kelod Kangin, warga masyarakat, serta pengelola Objek Wisata Kanto Lampo.
Tidak seperti air terjun pada umumnya yang terdapat di Bali, Kanto Lampo letaknya tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk tepatnya di wilayah dataran rendah di Banjar Kelod Kangin. Jalur trekking yang harus dilalui juga tidak terlalu sulit. Hal inilah yang menjadi keunggulan dari Kanto Lampo Waterfall.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Pengelola Objek Wisata Kanto Lampo yang dalam hal ini disampaikan Kelian Adat Banjar Kelod Kangin Nyoman Suta. Dalam sambutannya, Nyoman Suta menyampaikan terima kasih yang mendalam karena dilaksanakaannya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dimana objek ini baru dibuka kembali sekitar tiga bulan lalu setelah pandemi Covid-19.
Ditambahkan, nama Kanto Lampo dikatakan berasal dari sebuah pohon sejenis Juwet yang ada di sekitar sungai oleh penduduk sekitar. Air terjun ini juga memiliki sumber mata air dari dalam tanah dan saluran irigasi, yang digunakan warga untuk mengairi subak meluap karena beberapa salurannya tersumbat. Luapan inilah yang membentuk aliran air terjun sampai sekarang. Selain itu, Air Terjun Kanto Lampo juga merupakan salah satu beji di Bali atau tempat yang disucikan untuk Mendak Toya Ning (mencari air suci dari desa) untuk kegiatan upacara Pitra Yadnya maupun Dewa Yadnya, serta juga terdapat beberapa pelinggih yang dikeramatkan.
Suta mengaharapkan masukan pemikiran dari para dosen serta pengelola program studi dan bantuan dari pihak terkait untuk keberlanjutan pengembangan objek wisata Kanto Lampo ini.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan Koordniator Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Udayana (PDIL Pasca Unud) Prof. Ir. I Wayan Arthana, M.S., Ph.D., yang berpesan kepada masyarakat bahwa Desa Beng memiliki kekuatan obyek wisata alami ini, lalu ada obyek kuliner yang terkenal secara nasional serta tempat pelayanan kegiatan keagamaan yaitu Taman Prakerti Bhuana yang sudah menjangkau konsumen se-Nusantara. Dari kekuatan itu dapat dikembangkan wisata spiritual disamping ekowisata seperti bird watching, biking dan camping ground agar ekowisata yang dikembangkan dapat tergolong green tourism, maka penanganan limbah padatnya mesti menjadi perhatian penting, sampah plastik wajib terkelola dengan sangat baik, jangan sampai tercecer, demikian juga smoking area mesti ditentukan.
Lebih lanjut inovasi untuk bisa menunjukkan keunikan obyek dapat diperkaya dengan mempercantik alur menuju obyek air terjun, menyediakan kudapan khas Desa Beng dengan sajian yang menarik, mengatur jalan masuk dan jalan keluar yang berbeda agar tidak membosankan. Ditambahkan pula, yang tak kalah pentingnya, pengelola harus bisa mendapatkan kesan dan pesan dari wisatawan baik dengan tulisan buku tamu maupun menyebarkan angket singkat sehingga kritik dan saran dari wisatawan akan sangat berguna untuk memperbaiki obyak agar lebih disukai wisatawan.
Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar yang diwakili Sekretaris Dinas, Pande Putu Ayu Sri Ratnawati. S.Pt., M.Si., memaparkan tentang potensi dan program-program ekowisata unggulan di Gianyar Timur. Menurut Pande, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar sedang mewujudkan salah satu yang menjadi misi Pemerintahan Kabupaten Gianyar yakni membangun pariwisata yang inklusif dan berbasis budaya. Nantinya diharapkan di objek wisata ini selain menampilkan wisata alam, agar diimbangi dengan wisata budaya, terutama mengakomodir budaya setempat dengan melibatkan masyarakat sekitar lokasi.
Ditambahkan juga, program pengabdian ini agar bisa dilaksanakan di daerah lain di Gianyar Timur, sehingga bisa menambah wawasan serta ide-ide bagi pengelola objek wisata maupun masyarakat sekitar yang mendukung perkembangan onjek wisata tersebut.
Pada sesi diskusi diberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk memberikan saran, masukan, pertanyaan baik kepada pengelola maupun pemateri. Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S., salah satu dosen yang hadir yang juga merupakan Ketua Forum DAS Bali, menawarkan kepada masyarakat/pengelola objek wisata apabila memerlukan bantuan bibit tanaman konservasi bisa memohon ke Persemaian Permanen Suwung Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Unda Anyar, atau bisa melalui Sudarma yang nantinya akan langsung dimohonkan ke BPDAS HL Unda Anyar. Diharapkan juga pohon-pohon perindang yang sudah berdiri kokoh di sekitar lokasi hendaknya dijaga kelestariannya, jangan ditebang.
Dari wakil masyarakat Banjar Kelod Kangin, Nyoman Sukartha, yang merupakan seorang dokter serta salah satu pemangku di Taman Prakerti Bhuana, memberikan masukan kepada pengelola agar nantinya bisa ditata atau ditambah ruang untuk kawula muda, berupa spot-spot untuk melakukan kegiatan seperti camping. Sukartha juga sangat mengapresiasi kegiatan yang difasilitasi PDIL Pasca Unud ini, terutama memberikan tambahan wawasan bagi pengelola untuk pengembangan objek wisatawan dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan.
Sementara itu, Cipta Sudewa, perwakilan mahasiswa mengharapkan agar Kanto Lampo bisa menjadi brand image Desa Beng. Dari segi kebijakan, Cipta menyoroti agar Perda Tata Ruang baik RTRW maupun RDTR Kabupaten Gianyar hendaknya mendukung eksistensi Kanto Lampo sehingga keberadaannya tetap eksis tidak tergerus fungsi pembangunan lainnya. Ditambahkan juga makna Kanto Lampo mesti bisa menjadi hal yang dominan di area objek wisata ini dan tidak menjadi tanaman yang minor, bahkan mestinya digali kearifan lokal yang ada pada tanaman tersebut.
Diskusi kemudian ditutup oleh Kadek Ariana, Kelian Dinas Banjar Kelod Kangin. Ia mengungkapkan sangat beruntung dipilihnya Objek Wisata Kanto Lampo sebagai lokasi pengabdian, karena diperoleh ide-ide dan masukan dari peserta khususnya dosen-dosen yang hadir yang sebagian besar sudah bergelar guru besar serta menempati posisi-posisi strategis di pemerintahan seperti staf ahli gubernur. (rls)