Air merupakan sumber utama kehidupan. Namun fenomena degrasi lingkungan telah menjadi isu global yang dibahas para pemangku kebijakan dari tingkat lokal, regional hingga global. Degradasi lingkungan yang dihadapi saat ini dipengaruhi berbagai faktor diantaranya meningkatnya jumlah penduduk yang berakibat pada peningkatan kebutuhan sumber daya alam, serta banyaknya kebijakan yang tidak berpihak kepada alam dan lingkungan.
Lalu bagaimana dengan daya dukung air Pulau Bali?. Data dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, menyebutkan hasil perhitungan potensi jasa penyediaan air bersih di Pulau Bali, dominan berada pada klasifikasi sedang yaitu 66,61 persen dari luas Pulau Bali. Sedangkan klasifikasi rendah hingga sangat rendah 29,72 persen hingga sangat tinggi 3,67 persen.
Jasa penyedia air bersih dengan klasifikasi rendah dan sangat rendah yang dominan terdapat di Kabupaten Buleleng, khususnya di Kecamatan Gerogak, Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula, serta di Kabupaten Klungkung.
Sedangkan jasa penyedia air bersih dengan klasifikasi tinggi dan sangat tinggi yang dominan terdapat di Kabupaten Bangli. Melihat potensi jasa penyedia air tersebut, maka perlu ada upaya-upaya konservasi atau setidaknya mempertahankan khususnya di daerah yang memiliki potensi air tinggi hingga sangat tinggi.
Provinsi Bali secara keseluruhan mengalami defisit atau kekurangan air dengan besaran defisit -336.243.076 m3/tahun. Ada 5 kabupaten/kota yang mengalami defisit air, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Tabanan. Sedangkan kabupaten yang mengalami surplus air adalah Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Karangasem.
Guna mendiskusikan dan merumuskan bersama terkait pemahaman atas permasalahan, kendala dan tantangan serta upaya-upaya strategis baik jangka pendek maupun jangka panjang sebagai bentuk gerakan moral rakyat Bali dalam mengantisipasi kelangkaan sumber daya air di masa depan, digelar acara Symposium Suksma Bali yang mengangkat tema, “Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali”, bertempat di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (17/10). Symposium dibuka Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace).
Gerakan Suksma Bali merupakan inisiatif dari Paiketan Krama Bali. Ketua Suksma Bali 2019, I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, menyampaikan tujuan utama dari pelaksanaan Suksma Bali adalah sebuah sikap dan rasa terima kasih terdalam semua komponen masyarakat kepada Ibu Pertiwi.
“Disini kita ingin mempersembahkan rasa syukur kepada Bali dengan usaha-usaha pelestarian dan menjaga kelestarian alam Bali,” ujar Darma Suyasa, disela acara symposium.
Darma Suyasa mengatakan, melalui symposium ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bersama bahwa air di Bali memerlukan perhatian dan aksi serius dari seluruh lapisan masyarakat dimana saat akhir symposium dilakukan deklarasi bersama dari stakeholders untuk berkomitmen menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan air di Bali.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Arta Ardana Sukawati, dalam sambutannya mengajak semua pihak bersama-sama untuk serius menyelamatkan keberlangsungan air Bali dengan aksi aksi nyata yang konsisten, berkesinambungan, dan berkelanjutan demi keberlangsungan hidup generasi berikutnya.
“Mari kita terus gelorakan Gerakan Bali Resik Sampah Plastik, Gerakan Danau Lestari (GENDARI), aksi Program Kali Bersih (PROKASIH), aksi Perlindungan Mata Air (PERMATA) dan lain-lain secara berkesinambungan,” ajak Wagub Cok Ace.
Koordinator symposium I Made Subrata menambahkan, acara ini menghadirkan narasumber diantaranya Ida Pandita Dukuh Acarya Daksa lewat paparan visualnya tentang filosofi air dari sisi keagamaan. Lalu ada akademisi Unud yang juga pemerhati lingkungan Ni Luh Kartini yang membawakan materi penyelamatan air permukaan Bali melalui pengelolaan Pulau Bali dalam satu kesatuan ekosistem. I Gusti Lanang Made Parwita dengan topik pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan di Provinsi Bali dan tentang air bawah tanah. I Ketut Alit Sudiastika memaparkan tantangan pengelolaan dan penyelamatan SDA wilayah sungai Bali Penida. Kepala Pusat Pembangunan Ekoregion Bali Nusra Rizaluzzaman, yang membawakan topik status daya dukung air Pulau Bali.
Narasumber berikutnya adalah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali Made Teja yang banyak memberikan informasi tentang menyelamatkan dan menjaga keberlanjutan air Bali melalui perlindungan dan pelestarian sumber daya air di Provinsi Bali. Sigit Eko Margo Irianto dari Direktorat Pengendalian Kerusakan Air Darat yang menyampaikan pemanenan air hujan, dan Founder serta CEO PT. PRAN Indo Permata Abadi, Didier Perez dengan topik saving and maintaining Bali’s water sustainability.
Ketua Paiketan Krama Bali, AA Suryawan Wiranatha yang menginisiasi Gerakan Suksma Bali menambahkan, melalui kegiatan ini stakeholder terkait bisa menjadi lokomotif dalam menggerakan upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan dengan berbasis kerakyatan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan juga pemerintah. (red)