Bali selama ini tersohor akan pariwisata budayanya. Tak ayal, masyarakat diluar Bali terkadang mengenal Bali sebagai tempat berlibur ataupun refreshing yang menyenangkan. Namun dibalik semua itu, masyarakat Bali juga sangat teguh melestarikan adat, seni dan budayanya. Inilah yang kemudian menjadikan Bali terkenal di seluruh dunia. Keteguhan masyarakat di Bali dalam menjaga dan melestarikan seni dan budayanya itulah yang kemudian membuat Anisa Pohan, istri dari Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, kepincut dan bermimpi bisa tinggal di Bali.
“Kalau mendengar Bali itu identik dengan liburan. Saya cukup sering ke Bali dan Bali menjadi salah satu tujuan wisata utama saya di dalam negeri. Tapi tak hanya liburan, saya juga menyelami seni budaya dan karakter Bali dan masyarakatnya. Saya melihat masyarakat disini sangat komit mendidik putra putrinya di bidang seni dan budaya”, jelas Anisa Pohan, ketika bertemu awak media di Warung Tepi Pasih, di Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Sabtu (16/3), saat mendampingi suaminya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam kunjungannya dari Pulau Nusa Penida.
Keteguhan masyarakat Bali mendidik putra putrinya di bidang seni budayanya dengan mengajarkan mereka sejak kecil untuk mencintai budayanya, terkadang membuat Anisa Pohan berpikir untuk tinggal di Bali dan membesarkan putrinya yang kini telah berusia 10 tahun agar dididik mencintai seni dan budaya nusantara.
“Saya suka agak iri dengan orang tua yang tinggal di Bali. Saya berpikir alangkah indahnya kalau bisa pindah ke Bali dan membesarkan anak saya disini”, ujarnya.
Impian Anisa tinggal di Bali karena melihat para orang tua sejak dini telah mengajari putra putrinya mengenal seni budaya melalui menari. Anisa pun berseloroh, tidak ada anak perempuan Bali yang tidak bisa menari tari Bali.
“Sedangkan saya tinggal di ibukota yang akan sangat susah untuk mengajari anak tentang seni budaya khususnya menari”, katanya.
Alasan kedua Anisa Pohan mengapa ingin tinggal di Bali, karena Ia juga melihat ada sebuah organisasi kepemudaan yang bersama Sekeha Teruna Teruni (STT) yang ada di setiap banjar. Didalam organisasi STT ini, semua anak yang telah menginjak usia remaja wajib untuk bergabung dan melaksanakan berbagai kegiatan seni dan budaya. Menurut Anisa, STT sangat positif selain untuk menanamkan karakter anak melalui aktivitas seni dan budaya, juga mengajarkan anak ikut belajar berorganisasi.
“Sering berpikir kalau saya membesarkan anak saya di Bali anak saya pasti ikut dan harus bergabung dengan sekeha teruna teruni dan itu sangat baik mengasah karakter mereka mencintai budayanya, daerahnya, bangsanya negaranya, dan juga mengasah rasa empati mereka satu dengan yang lain untuk belajar bersosialisasi dan berorganisasi sedini mungkin”, ungkapnya.
Sebagai seorang ibu, Anisa Pohan menilai Bali tak hanya sebagai tempat liburan atau refreshing, namun lebih dari itu adalah tempat yang sangat baik untuk membentuk karakter anak melalui aktivitas seni dan budaya.
“Diluar anggapan orang bahwa bali adalah tempat liburan dan senang-senang tapi jauh didalamnya banyak sekali nilai-nilai positif yang bisa kita ambil dan adaptasi untuk kita bisa tularkan di daerah lain”, ungkapnya.
Meski Bali maju pariwisatanya dan diserbu oleh orang-orang dari berbagai daerah, dari berbagai negara, dengan membawa karakter dan budayanya masing-masing, namun Anisa melihat masyarakat adat di Bali sampai saat ini tetap teguh dan komitmen untuk selalu menjaga dan melestarikan tradisi, adat, seni, dan budayanya.
“Ini selalu menjadi impian dan aspirasi saya semoga hal-hal yang baik di Bali khususnya mencintai seni dan budayanya bisa kami terapkan di daerah lain”, tutupnya. (red)