Singaraja ( Penabali.com ) – Balingkang Confucius Institute dan Bali Rice paper Club pada Senin 5 Februari 2024 melakukan kolaborasi dengan menggelar festival musim semi pertukaran seni Tiongkok – Indonesia. Lebih dari 15 seniman kaligrafi dan lukis ternama dari Tiongkok dan Indonesia turut memeriahkan festival ini.
Seniman yang turut berkontribusi diantaranya,Chusin, Djaja Tjandra Kirana, Setiadikara, Wayan Redika, I Ketut Sudita, Polenk Rediasa, Made Wiradana, Made Kaek, Made Duatmika, Tan Sioe Lay, Gede Eka Harsana Koriawan, dan Gusti Nengah Sura Ardana. Kehadiran mereka membawa sapuan kuas magis yang menjembatani dua budaya melalui goresan tinta dan warna.
Suasana festival semakin semarak dengan kehadiran Mr. Gou Haodong, seorang diplomat senior Tiongkok yang sedang berkunjung ke Bali. Bahkan Mr. Gou Haodong sempat menjelaskan ciri-ciri kaligrafi dan lukisan tradisional Tiongkok kepada para seniman. Mereka juga dibimbing dan memikirkan persamaan dan perbedaan lukisan Bali dan lukisan Tiongkok. Kemudian, Mr. Gou juga sempat menunjukkan beberapa lukisan klasik Tiongkok kepada para seniman dan mendemonstrasikan cara menggunakan tinta Tiongkok dan rice paper.
Festival ini bukan hanya tentang memamerkan karya seni, tetapi juga tentang kolaborasi dan pertukaran ide. Para seniman dari Bali Rice Paper Club dan Prodi Seni Rupa Undiksha berkolaborasi dengan para pengajar Institut Konfusius Balingkang dalam melukis unggas menggunakan tinta. Lukisan ini melambangkan keberuntungan dalam budaya Tiongkok dan dipersembahkan kepada Institut Konfusius Balingkang Undiksha sebagai tanda persahabatan dan komitmen untuk terus mendorong pertukaran budaya.
Wakil Rektor Undiksha Singaraja, Prof. Dr. Gede Rasben Danter mengatakan Festival Musim Semi Pertukaran Seni Tiongkok-Indonesia menjadi bukti nyata hubungan erat dan saling menghormati antara Tiongkok dan Indonesia. Pertukaran seni dan budaya seperti ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya masing-masing negara, tetapi juga membuka peluang kerjasama dan kolaborasi di masa depan.”Baik Indonesia maupun Tiongkok memiliki kekayaan warisan budaya yang luar biasa di bidang seni. Festival ini menjadi wadah yang tepat untuk memperkuat pertukaran dan saling belajar dari satu sama lain,” papar Rasben.
Festival ini juga membuka peluang bagi para seniman untuk menunjukkan bakat mereka dan mendapatkan pengakuan dari komunitas seni yang lebih luas. Bagi para pengunjung, festival ini menjadi kesempatan untuk belajar tentang budaya Tiongkok dan Indonesia melalui seni dan interaksi langsung dengan para seniman. “Para seniman dan pengunjung dari berbagai latar belakang berkumpul bersama, berbagi kecintaan mereka pada seni dan budaya antar kedua negara,”tambahnya. ( ika )