“Bersinergi Bangun Bali Menuju Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali”
Sekitar 18 Pasemetonan di Bali yang salah satunya adalah Shri Nararya Khresna Kepakisan agar bersatu bersama membangun Bali. Hal itu dikatakan Gubernur Bali Wayan Koster saat memberikan Dharma Wacana pada Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Mapedudusan Agung tawur Balik Sumpah Utama di Pura Dalem Agung Kawitan Shri Nararya Khresan Kepakisan, di Banjar Dukuh Nyuh Aya, Desa Gelgel Klungkung, Rabu (2/1). Ia berharap dengan keberadaan pasemetonan di Bali tidak pecah namun bersama-sama bersinergi dengan semangat gotong royong ikut berpartisipasi dalam pembangunan Bali.
“Saya harap semua tidak hanya berpikir dari segi internal semata, namun lebih dari itu harus mampu bekerja sama demi Bali sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yaitu membangun Bali beserta isinya,” jelasnya.
Gubernur Koster juga mengakui sangat bangga dengan semangat pasemetonan yang mulai tumbuh akhir-akhir ini. Karena ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur serta upaya untuk melestarikan budaya dan adat Bali. “Selain itu semangat pasemetonan merupakan cara untuk melanjutkan cita-cita leluhur, ngaturang ayah buat pasemetonan serta tanggung jawab untuk leluhur,” imbuhnya dalam acara yang juga turut dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirtha serta Penglingsir Puri Mengwi AA Gede Agung. Ia berharap melalui pasemetonan ini bisa melestarikan adat, tradisi dan budaya Bali, karena hal tersebut berawal dari kita masyarakat Bali.
Sementara itu, Ketua Panitia I Wayan Legawa mengatakan upacara ini serangkaian Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Mapedudusan Agung, tawur Balik Sumpah Agung di Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentanan Shri Nararya Kresna Kepakisan, yang puncaknya pada Saniscara Kliwon Kuningan, 5 Januari 2019.
Upacara tawur balik sumpah agung dipuput Ida Pedanda Griya Singarata, Ida Pedanda Wayahan Buhda Wayahan Dharma, dan Ida Rsi Griya Angkling. Sedangkan untuk mendem Pedagingan dipuput Ida Pedanda Kekeran Blahbatuh.
Upacara tawur balik sumpah bertujuan untuk meningkatkan dan memuliakan segala isi alam dari unsur-unsur negatif agar menjadi positif, sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Dengan seimbangnya ekosistem itu, maka pratisentana Ida Bhatara Kawitan akan memperoleh kehidupan yang bahagia lahir batin.
Usai upacara tawur balik sumpah, selanjutnya dilakukan upacara mendem pedagingan. Upacara ini bertujuan memfungsikan dan menghidupkan kembali bangunan atau pelinggih-pelinggih yang usai dilakukan pemugaran. Upacara ini sebagai simbol singgasana Hyang Widhi atau Ida Bhatara Kawitan yang distanakan.
Dalam upacara Tawur Balik Sumpah Agung dan Mendem Pedagingan juga dipentaskan sejumlah tarian sakral diantaranya, wayang lemah, topeng, rejang dewa, baris gede, dengan iringan gong tegak. (red)