Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Bali merasa sangat terhormat dapat ikut berpartisipasi dalam peresmian butik Me Alvernia, di Warung Made’s, Seminyak, Badung, Jumat (1/3). Dalam acara itu, KCBI Bali menyertakan belasan modelnya untuk fashion show menggunakan balutan tenun lurik.
Keikutsertaan KCBI Bali dalam acara peresmian butik Me Alvernia, merupakan wujud dan komitmen komunitas ini dalam upaya mengangkat kearifan lokal nusantara khususnya kain tenun lurik.
“Tujuan KCBI Bali adalah melestarikan budaya bangsa lewat kain tradisional jadi kita ingin generasi sekarang itu berkain, bangga dan cinta produk nusantara”, ujar Ketua KCBI Bali, Mayke Boestami, disela grand opening butik Me Alvernia.
Mayke juga mengatakan, Indonesia itu kaya akan adat, tradisi, seni dan budaya termasuk kain-kain tradisional nusantara. Masuknya kain-kain import saat ini, tentu menjadi tantangan bagi KCBI agar terus mengkampanyekan, mengajak dan menggugah kesadaran seluruh masyarakat Indonesia terutama perempuan-perempuan nusantara agar tetap konsisten memakai kain tradisional Indonesia dalam berbagai kegiatan dan aktivitas.
“KCBI selalu komit berkain tradisional seperti songket, endek, batik maupun kain poleng sebagai ciri khas masyarakat di Bali. Kami bangga berkain nusantara dan berharap semua perempuan Indonesia dapat mencintai produk-produk nusantara”, ungkapnya.
Saat ini anggota KCBI Bali berjumlah 180 orang dan rencananya akan terbentuk di kabupaten kota se-Bali. Tak itu saja, dalam waktu dekat juga akan terbentuk Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KBCI) Singapura. Lahirnya KBCI Singapura karena kecintaan perempuan-perempuan Indonesia yang menetap disana untuk mengangkat kain tradisional Indonesia bisa dikenal di luar negeri.
“Meski belum resmi dideklarasikan tapi kita punya 60 anggota dimana lima orang diantaranya merupakan orang Singapura”, jelas anggota KCBI Bali yang juga penggagas KCBI Singapura, Desy Wilson. Ditambahkan, KCBI Singapura rencananya akan dilantik dan dideklarasikan pada bulan Juli nanti.
Desy juga mengatakan, sama seperti KCBI Bali yang menjadikan kain poleng sebagai ikon, maka di KCBI Singapura nanti, kain poleng dan juga kain-kain tradisonal nusantara termasuk tenun lurik akan diperkenalkan. Desy berharap, khasanah budaya kain tradisional nusantara akan semakin mendunia, dan digemari masyarakat internasional.
“Para wanita Indonesia di Singapura sudah memulai menggunakan kain-kain tradisional nusantara dalam berbagai kegiatan resmi ataupun santai. Kita berharap, KCBI sebagai komunitas yang konsen terhadap budaya Indonesia, akan mampu membawa kain tradisional nusantara semakin mendunia”, ucapnya. (red)