Badung (Penabali.com) – Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, terus mendapatkan kepercayaan untuk menggelar berbagai acara penting berskala internasional. Salah satunya adalah World Water Forum (WWF) ke-10, yang tengah dipersiapkan pelaksanaannya di Bali pada 18-24 Mei 2024.
“Dalam tiga hingga lima tahun ke belakang, Indonesia mendapat kepercayaan menyelenggarakan berbagai forum internasional, terutama saat pandemi Covid-19 mereda. Ini menunjukkan kepercayaan dunia akan leadership dan kepemimpinan Indonesia. Kita juga sempat memimpin G20 dan bulan depan kita juga akan memimpin KTT ASEAN ke-43 di Jakarta,” ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Usman Kansong, pada media briefing KTT AIS Forum 2023 dan WWF 2024 yang berlangsung di Nusa Dua, Badung, Rabu (9/8/2023).
Usman menyampaikan bahwa momentum ini perlu didukung dengan amplifikasi dari para jurnalis supaya masyarakat dapat memahami dan mendapatkan informasi positif tersebut. Sebagai bentuk dukungan kepada para jurnalis yang meliput WWF ke-10, Usman menyampaikan akan ada media center yang dapat menunjang kinerja para jurnalis.
“Kominfo sudah memiliki standar, tentang bagaimana memfasilitasi media di setiap event nasional yang besar atau event internasional. Kita akan membuka media center karena WWF ke-10 akan berlangsung seminggu. Biasanya akan dioperasionalkan pada H-2 hingga H+1 acara dan diperuntukkan bagi wartawan yang meliput baik dari dalam dan luar negeri,” tambah Usman.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Septriana Tangkary, dalam pembukaan acara menyampaikan bahwa WWF ke-10 tahun 2024 menjadi ajang menunjukkan leadership Indonesia di level dunia.
“WWF ke-10 akan mengangkat tema ‘Water for Shared Prosperity’ yang sangat relevan dengan kondisi global saat ini. Dimana ketersediaan air bersih masih menjadi tantangan bagi banyak negara. Untuk itu yang sangat diperlukan adalah peningkatan dari ekonomi air, dan Indonesia berkomitmen memperkuat kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) keenam, yaitu terkait hak atas air bersih dan sanitasi,” ujar Septriana.
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi, Dadang Rukmana, selaku narasumber menjelaskan bahwa WWF diselenggarakan setiap 3 tahun sekali. Namun, Indonesia hanya memiliki waktu 2 tahun persiapan karena tertunda oleh pandemi. Meski begitu, Indonesia diharapkan tetap dapat menyukseskan pelaksanaan WWF ke-10 di tahun mendatang.
“World Water Forum bukan sekadar konferensi, tetapi merupakan satu kegiatan yang terdiri dari 3 fase persiapan (preparatory phase), satu minggu acara (event phase), dan penyampaian hasil kegiatan (synthesis phase) dengan dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan aksi bersama (collective action),” ujar Dadang.
Sebagai tuan rumah, Dadang menjelaskan bahwa Indonesia akan mendapatkan keuntungan terutama dalam ekonomi air (economy of water). Rencananya, akan didirikan pusat internasional untuk masalah air yang berhubungan dengan kebencanaan.
“WWF ke-10 terdiri dari 3 proses. Pertama, proses politik yang mengajak para pengambil kebijakan di dalam proses perumusan kebijakan yang berhubungan dengan air. Kedua, proses tematik yakni proses untuk mengidentifikasi isu keairan dengan tema besar “Water for Shared Prosperity”. Ketiga, proses regional yakni untuk memfasilitasi kerja sama subregional,” jelas Dadang.
Acara media briefing WWF ke-10 ini berlangsung secara hybrid bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) dan melalui YouTube Ditjen IKP Kominfo. Sesi paparan dan diskusi dipandu Penasihat Khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bidang Komunikasi dan Media, Ezki Tri Rezeki, dan dihadiri puluhan media lokal dan nasional. (rls)