Pemilihan Walikota (Pilwali) Denpasar Tahun 2020 tinggal hitungan jam. Pada hari Rabu 9 Desember 2020, warga Kota Denpasar akan memilih calon pemimpinnya untuk menentukan arah masa depan ibukota Provinsi Bali lima tahun kedepan.
Menurut Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Bali, Made Mudarta, ada hal menarik yang dapat ditarik dalam perhelatan suksesi Walikota dan Wakil Walikota Denpasar.
Mudarta mengatakan, kontestasi Pilwali tahun ini tidak hanya menyajikan pertarungan dua pasangan calon yakni antara paslon nomor urut 1 IGN Jayanegara-I Kadek Agus Arya Wibawa (Jaya-Wibawa), dan paslon nomor urut 2 Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertha Negara (Amerta). Namun juga ada aroma kental bahwa Pilwali Denpasar kali ini adalah kiblat menuju Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali tahun 2024 mendatang.
“Ini temuan yang cukup menarik, seolah-olah Pilwali Denpasar jadi ajang pemanasan dukungan ke Pilgub Bali 2024. Nama Pak Koster dan Rai Mantra jadi magnet bagi masing-masing pendukung Paslon 01 dan Paslon 02,” kata Mudarta ditemui di Renon, Selasa (8/12/2020).
Mudarta pun mengungkap lebih jauh. Ia mengatakan bahwa Pilwali Denpasar ini serasa Pilgub Bali. Ada suasana pertarungan pendukung Gubernur Bali saat ini Wayan Koster dan Walikota Denpasar saat ini Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang menjadi rival Koster pada Pilgub Bali 2018.
Dalam Pilwali Denpasar ini masyarakat terbelah dua. Ada yang mendukung Paslon 01 dan ada yang ke Paslon 02. Masyarakat yang mendukung Koster agar terpilih sebagai Gubernur Bali periode kedua pada Pilgub 2024 mendatang tentu mengarahkan dukungan kepada Paslon 01 Jaya-Wibawa yang diusung PDI Perjuangan.
Sebaliknya, masyarakat yang menginginkan kembali Rai Mantra maju sebagai Calon Gubernur akan mendukung Paslon 02 Amerta yang diusung koalisi Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai NasDem.
“Bagaimana pun juga Pilwali menjadi pintu masuk utama menuju Pilgub 2024. Kalau Paslon 02 Amerta menang pasti yang didukung jadi Gubernur Pak Rai Mantra. Tapi kalau rakyat Denpasar yang memilih Paslon 01 pasti ada keinginan agar Pak Koster melanjutkan periode kedua sebagai Gubernur Bali. Jadi ibaratnya sekali tembak ini dapat dua (Pilwali Denpasar dan Pilgub Bali),” ulas Mudarta. (red)