Tren Digitalisasi Keuangan Kian Meningkat, Ancaman Kejahatan Digital Menghantui, BI: Perlu Mitigasi

Denpasar (Penabali.com) – Pertumbuhan merchant QRIS di Bali pada Mei 2023 yang tumbuh 42% (yoy) mencapai 666.733 merchant. Dengan kemudahan penggunaannya, jumlah QRIS di Bali juga ikut meningkat hingga 742.809, tumbuh 99% yoy per Mei 2023.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran, PUR dan Manajemen Intern Bank Indonesia Provinsi Bali, Agus Sistyo Widjajati, mengungkapkan dengan pencapaian pengguna merchant QRIS itu membawa Provinsi Bali menempati posisi tiga besar secara nasional.

Agus mengatakan, masyarakat di Bali kian sadar terjadi perubahan dalam hal transaksi dari konvensional ke digital. Hal itu juga berimbas pada pelaku UMKM yang benar-benar memanfaatkan digitalisasi dalam pengembangan usahanya baik dalam hal promosi, pemasaran, hingga transaksi utamanya menggunakan QRIS.

Menurut Agus, masyarakat di Bali termasuk paling gampang menerima perubahan itu.

“Kalau di tempat lain (selain Bali) malas, katanya ribet, rumit, atau ada yang bilang begini saja sudah cukup. Tapi itulah hebatnya Bali dibandingkan daerah lain,” ujar Agus saat ditemui disela acara talkshow Solusi Digital Satu Pintu Untuk UMKM serangkaian acara Pekan QRIS Nasional 2023 bertajuk “Harmoni Kemerdekaan Gebyar QRIS Merah Putih” yang berlangsung di Living World Mall Denpasar, Selasa (15/8/2023).

Sejak diluncurkan 2019, QRIS mendapat respon positif dari masyarakat dan pelaku UMKM. Terbukti dari 26 juta pedagang atau merchant QRIS, 60% diantaranya merupakan usaha mikro. Agus menjelaskan, pertumbuhan digitalisasi di Bali yang kian cepat itu disebabkan aktivitas ekonominya yang mulai bergerak. Apalagi, angka kunjungan wisatawan baik domestik dan mancanegara masuk ke Bali meningkat meski belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi.

Ditengah perubahan perilaku masyarakat ke digitalisasi, patut juga diantisipasi keamanan digitalnya. Agus mengatakan, dengan digitalisasi bahwa kenyamanan akan berbanding terbalik dengan keamanan. Karena itu, Agus mengimbau masyarakat mewaspadai kejahatan-kejahatan digital yang dapat mengancam sehingga diperlukan edukasi mitigasi agar kejahatan digital itu dapat dicegah dan tidak menimpa masyarakat.

“Kenali digitalisasi itu, apa kelebihannya apa kekurangannya, pahami pula resikonya, kalau sudah tahu resikonya bagaimana mitigasinya, contohnya buat PIN agar tidak mudah dideteksi,” terang Agus.

Talkshow Solusi Digital Satu Pintu Untuk UMKM menghadirkan dua pembicara. Yaitu Adelia Prasetya selaku Regional Retail Payment dan Merchant Departement Head BRI, dan Riyeke Ustadiyanto, seorang praktisi sistem pembayaran digital. Kedua narasumber ini dipandu Agus Sistyo Widjajati.

Adelia berharap, melalui talkshow yang pesertanya dari kalangan generasi milenial dan pelaku UMKM ini, akan memberi manfaat bahwa adanya cashles akan memudahkan masyarakat dan pelaku UMKM dalam pengelolaan uang tunai. Karena dengan non tunai seperti QRIS, uang langsung masuk ke rekening, laporan keuangannya jelas, sehingga bisa dilakukan dengan lebih aman dan nyaman.

“Manfaatkan digitalisasi keuangan ini dengan bijak dan nikmati kemudahannya,” kata Adelia. (red)