“Ngayah Total Penuhi Kebutuhan Dasar Krama Nusa Penida”
Dalam beberapa tahun terakhir, Kecamatan Nusa Penida yang meliputi Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan terus menggeliat perekonomiannya. Hal itu tak terlepas dari semakin diliriknya Kecamatan Nusa Penida oleh investor. Incaran oleh investor itu tak terelakkan, mengingat Kecamatan Nusa Penida menyimpan keindahan alam yang mempesona. Belum lagi, Nusa Penida juga dikenal memiliki tempat-tempat sakral yang disucikan oleh masyarakat setempat sehingga tak sedikit wisatawan yang datang untuk berlibur juga sekaligus untuk melakukan persembahyangan (tirta yatra).
Untuk menggeliatkan pembangunan di Kecamatan Nusa Penida di berbagai sektor, tak sedikit investor yang melirik pulau yang kerap disebut ‘telur emasnya Bali’ ini untuk menanamkan modalnya. Namun sayangnya, pertumbuhan pembangunan di Kecamatan Nusa Penida di sektor pariwisata dan rentetan sektor pendukungnya belum didukung oleh pengembangan infrastruktur yang memadai. Jalan, air dan listrik, menjadi tiga kebutuhan dasar yang diidam-idamkan warga setempat sejak lama.
“Kita terbuka dengan investor tapi tetap selektif. Agar majunya pariwisata Nusa Penida jangan sampai kebablasan dan merusak alam serta menggerus adat budaya,” kata tokoh masyarakat Nusa Penida, I Made Satria saat ditemui di Klungkung, Minggu (16/12/2018).
Kecamatan Nusa Penida memang membutuhkan pembangunan dan investor untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Namun demikian, pembangunan hendaknya memperhatikan alam Nusa Penida, memperhatikan manusianya dan juga budayanya.
“Kalau investor semena-mena dan merusak alam, kita tidak akan terima investor seperti itu menginjakkan kaki di tanah Nusa Penida,” tegasnya.
Meski demikian, I Made Satria mengajak semua elemen dan komponen masyarakat di Kecamatan Nusa Penida untuk tidak antipati dengan investor tetapi juga harus lebih selektif menerima investor. Melihat ketimpangan pembangunan yang masih membelit di Kecamatan Nusa Penida, I Made Satria merasa terpanggil untuk ikut membangun tanah kelahirannya.
Selama ini, diakuinya, Ia bersama sang adik Ketut Leo dan sekeluarga telah banyak membantu masyarakat di berbagai sektor. Mulai dari pembangunan tempat suci, air bersih hingga sosial kemasyarakatan. Semua bantuan itu merupakan hasil usaha keluarganya yang Ia sisihkan dari laba bisnisnya untuk membantu masyarakat di Nusa Penida. Tetapi I Made Satria sadar, semua yang Ia lakukan bersama keluarga tidaklah mampu menyelesaikan semua persoalan di Kecamatan Nusa Penida.
Agar perjuangannya lebih maksimal membangun tanah kelahiran, I Made Satria rela meninggalkan bisnis properti yang Ia bangun bersama keluarga. I Made Satria kemudian terjun ke politik dan berlabuh di PDI Perjuangan. Ia kemudian maju sebagai calon legislatif DPRD Klungkung dapil Nusa Penida nomor urut 1. Jika diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk duduk di legislatif, maka I Made Satria menyatakan diri dengan tekad dan komitmennya akan ngayah total untuk tanah kelahirannya, Nusa Penida.
“Jadi saya terdorong melakukan sesuatu mempercepat pemerataan pembangunan di Klungkung khususnya di Nusa Penida,” ungkap pria kelahiran Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida, 18 April 1972 ini.
Tekadnya untuk akselerasi percepatan pembangunan di Kecamatan Nusa Penida menuju sejahtera, mandiri dan maju, kata Made Satria, harus memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terlebih dahulu yakni infrastruktur jalan, listrik dan air bersih.
“Kalau kebutuhan dasar seperti jalan, air bersih dan listrik baik di Kabupaten Klungkung dan utamanya di Kecamatan Nusa Penida sudah diwujudkan baru bisa muncul pertumbuhan ekonomi,” ungkap Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Relawan Jokowi 2 Periode (DPW RJ2P) Provinsi Bali itu. (red)