Terkait pemberitaan di berbagai media massa tentang dugaan telah terjadi kasus pedofilia di Ashram Gandhi Puri Klungkung, belasan warga Ashram Gandhi Puri Sevagram menemui anggota DPD RI Perwakilan Bali, Gede Pasek Suardika (GPS), di Kantor DPD RI Renon, Denpasar, Kamis (21/2).
“Selama ini kami memilih diam, berdoa dan fokus pada sekolah masing-masing sehingga tidak menanggapi semua pelecehan, hinaan, tuduhan, dan fitnah keji yang diarahkan kepada kami sebagai warga Ashram dan orang tua kami Guru Ji Indra Udayana”, jelas salah satu warga Ashram Gandhi Puri Komang Edi kepada GPS.
Edi mengatakan, warga Ashram memilih diam dan berdoa karena menurut mereka sebagai warga yang dididik untuk punya daya tahan spirit Sang Mahatma Gandhi, berupaya bertahan dan sambil berdoa agar mereka yang menjadikan panggung isu ini segera sadar dan merenung karena apa yang didengung-dengungkan selama ini bahwa mereka ingin menyelamatkan generasi muda Bali, justru menghancurkan warga Ashram yang berjumlah 27 orang yang dominan berasal dari Bali, Lombok, Jawa dan Lampung.
“Kami tegaskan ke publik yang menyebarkan berita hoaks dan fitnah keji di media sosial tidak pernah satu pun dari mereka mengunjungi kami untuk mengkomfirmasi kebenaran berita yang disebarkan”, sebutnya.
Sementara anggota DPD RI perwakilan Bali Gede Pasek Suardika mengaku prihatin dengan pemberitaan di media massa oleh penggalangan opini oleh sekelompok orang yang mengaku peduli pada anak-anak ashram ini tapi faktanya telah menyakiti hati, pikiran dan psikologis warga ashram.
“Atensi saya agar mereka tetap kuat karena mereka bukan seperti yang dituduhkan selama ini. Mereka anak-anak yang pintar, anak-anak yang rajin anak-anak yang ingin masa depannnya gemilang dan lebih baik. Mereka yang mengaku peduli dengan anak kalau memang di ashram ada kejahatan yang dituduhkan kenapa tidak pernah datang kenapa itu diumbar di media sosial. Jujur istilah ashram jadi ternoda dengan cara-cara seperti itu”, jelas Pasek Suardika (GPS).
GPS juga meminta kepada Aris Merdeka Sirait yang datang kesana (Ashram Gandi Puri, red) mengatasnamakan Komnas PA, GPS mengatakan sebagai anggota DPD RI sangat menyesalkan cara itu. “Kalau anda gentle punya bukti anda laporkan ke polisi, anda akan berhadapan dengan saya”, tegas GPS. Ditambahkan, cara-cara seperti itu menurutnya telah merusak nama ashram dan sistem pendidikan Hindu di Bali. Menurut GPS, Komnas PA adalah sebuah LSM dan bukan bentukan negara.
“Adik-adik ini terkecoh dan melayani mereka dengan baik. Justru setelah keluar dari ashram mereka mengganggu konsentrasi belajar warga ashram”, kata politisi dari Buleleng ini.
“Kalau anda punya bukti laporkan itu ke polisi disitu anda berhadapan dengan saya. Jangan biasakan cara itu anda pakai di Bali”, tegasnya lagi.
Untuk memulihkan beban psikologis dan memompa kembali semangat belajar warga ashram, GPS menyatakan akan datang ke ashram untuk memulihkan psikologis dan memotivasi warga ashram atas pemberitaan yang begitu gencar dan liar di media massa.
“Bagi saya memulihkan semangat anak ini untuk belajar jauh lebih penting daripada mengatasnamakan anak tapi justru menyakiti mereka ini. Saya mendukung sikap Polda Bali yang tegas menutup kasus ini. Karena kalau ini dilanjutkan lagi lebih tersiksa mereka ini”, ujarnya sembari meminta pihak imigrasi agar mengawasi lebih ketat lagi orang asing yang datang ke Bali khususnya yang masuk ke ashram-ashram. (red)